Jumat, 10 Oktober 2014

Sinopsis

Rahmat sedang merasa tua. Itu tidak mengherankan, karena menurut banyak orang ia memang sudah tua. Para remaja yang sembrono akan mengatakan, "Rahmat tua itu? Dia pasti sudah berumur seratus tahun, atau paling tidak delapan puluhan." Bahkan gadis-gadis ramah pun mengatakannya diam-diam, "Oh Rahmat. Ya, dia memang sudah tua. Umurnya pasti sudah enam puluh." Padahal sebenarnya ia berumur 69. 

Bagaimanapun, ia tidaklah tua. Tapi merasa tua, itu berbeda. Suatu keadaan yang letih, muram, dan membuat orang jadi mengajukan pertanyaan yang mematahkan semangat. Apa arti dirinya? Laki-laki tua yang keriput, tanpa istri dan anak, tanpa sanak saudara satupun. Tak seorang pun peduli apakah ia hidup dan mati... Tetapi untunglah ada satu hal yang menyelamatkannya, dan itu adalah minatnya yang besar pada masalah orang lain. 

Begitulah sepenggal hidup seorang Rahmat, laki-laki tua yang cukup sukses secara materi tapi tidak dengan kehidupan pribadinya, meskipun ia menaruh minat yang besar pada masalah orang lain dan dijuluki "Spesialis Ketidakbahagiaan". Pasangan yang tua maupun yang muda yang punya masalah pasti berhadapan dengan beliau dan masalahnya pasti teratasi.

Namun Rahmat sedang mengalami fase down dalam hidupnya. Di umur yang sudah lebih dari setengah abad, ia merasakan yang belum pernah dirasakan sebelumnya, yaitu merasa tua. Bagaimanapun, ia harus menyingkirkan perasaan itu jauh-jauh dari dirinya, dan memfokuskan diri pada masalah orang lain. Siapa tahu ada skandal yang menghampiri orang-orang terkenal dan bantuannya dibutuhkan. Dan juga menemukan kembali semangat hidupnya.

Sabtu, 04 Oktober 2014

12 Years a Slave (Film)

Saya baru saja menonton film Hollywood yang diputar tahun lalu, 12 Years a Slave. Saya berterimakasih sama teman saya, Wini, yang memberikan softcopy film ini. Sebelum menonton film ini, saya sudah tahu kalau film ini merupakan film bagus yang mendominasi Academy Award atau yang sering kita dengar dengan Piala Oscar, penghargaan yang paling bergengsi sejagat. Karena itu, saya meminta softcopy film ini (tentu saja dari hasil download gratis, he he) dari teman. Dan setelah saya menontonnya, memang keren cooy!!.
Film ini merupakan film epik sejarah di Amerika Serikat, yang diadaptasi dari memoar (buku catatan) orang kulit hitam bernama Solomon Northup berjudul sama. Jadi film ini berdasarkan kisah nyata seseorang. Latar film ini berada di Amerika Serikat, tahun 1841, dimana di tahun tersebut perbudakan masih mendominasi dengan orang kulit hitam sebagai korban.

Awalnya, Solomon Northup merupakan orang Negro yang bebas, yang bekerja sebagai tukang kayu dan pemain biola. Namun ada dua orang yang mendatanginya, menawarkan Northup menjadi musisi mingguan, dan sejak itu nasibnya berubah. Dia ditipu oleh dua orang tersebut, dibuat mabuk dan setelah sadar sudah berada di kurungan, hendak dijual menjadi budak. Dia diberi nama Platt selama menjadi budak. Dia dikirim ke berbagai tuan tanah dan bekerja untuk mereka. Banyak siksaan yang Northup/Platt terima semasa menjadi budak. Dan setelah menderita selama dua belas tahun, akhirnya dia bisa menghirup kebebasan. Kisah bebasnya unik. Saat itu tuan tanah tempat Northup/Platt bekerja sama dengan orang Kanada kulit putih untuk membangun paviliun disekitar rumah tuan tanah tersebut. Orang Kanada tersebut sangat menentang perbudakan dan tidak disukai tuan tanah tersebut. Northup lalu menceritakan kisah hidupnya kepada orang Kanada tersebut dan akhirnya orang tersebut memperjuangkan kebebasan Northup.

Saya sangat senang menonton film ini. Selain sebagai rekreasi, kita dapat pelajaran tentang sejarah dunia. Saya selalu tertarik dengan sejarah. Di film ini penuh dengansejarah kulit hitam di Amerika Serikat, juga tentang perbudakan yang saat zaman sebelum revolusi industri sangat marak terjadi. Perbudakan pada zaman itu sangat memprihatinkan. Para orang kulit hitam mendapat perlakuan bak binatang, selalu dicambuk, digantung, diperkosa, pokoknya diperlakukan tidak adil. Saya sempat tidak tega melihatnya.

Pecinta film pasti tahu nama Bennedict Cumberbatch, Michael Fassbender, sampai Brad Pitt. Walaupun mereka hanya pemeran pembantu, karena pemeran utamanya orang kulit hitam (Chiwetel Ejiofor sebagai Solomon Northup), akting mereka sangat berkualitas. Segi pengambilan gambarnya juga pas, dengan mengambil gambar di ladang daerah Lousiana, Amerika Serikat, yang mempesona.

Kekurangan yang saya lihat di film ini, adalah durasi waktu yang agak lama, sekitar dua jam lebih. Juga di akhir film ada kredit tentang nasib Solomon Northup setelah bebas dari perbudakan dan menuntut orang yang menindasnya. Seharusnya bagian ini diambil gambarnya, walaupun tidak banyak.

Saya merekomendasikan teman-teman untuk menonton film ini. Sumpah, tidak rugi. Pantas jika film ini dapat piala Oscar. Keren.

Jumat, 03 Oktober 2014

Mengamati Perempuan

Objek yang sedang saya amati adalah teman dekat saya, bernama Novita, yang biasa saya panggil Vita. Dia mahasiswa jurusan Akuntansi Universitas Negeri Jakarta angkatan 2011. Dia memakai jilbab dan pakaiannya longgar. Muslimah banget deh, hehe. Kalau pertama kali melihatnya, sekilas mirip artis Titi Kamal. Beneran. Bulu matanya lentik, dengan mata yang jaraknya agak berjauhan yang justru sangat menarik. Hidungnya sedikit pesek tetapi sesuai dengan bentuk wajah, sehingga tidak membosankan  kalau dipandang.
Saya mengaguminya, karena semangat menjalani hidupnya yang hebat, sepeninggal ayahnya yang sudah meninggal sejak ia SMP. Ia mendapat beasiswa full masuk UNJ, dan aktif di berbagai kegiatan perkuliahan. Ia sangat terbuka terhadap teman-temannya, dan bisa dibilang pembawa keceriaan di sekitarnya. Walaupun kadang suasana hatinya cepat berubah dalam sehari, dia adalah sahabat yang menyenangkan. Oh ya, dia sudah punya pacar.

Fiksi:
Saya baru saja sampai di sebuah kafe saat waktu menuju jam 9 malam. Vita menungguku disini. Ia penyanyi tetap di kafe tersebut, dan aku ingin melihat penampilannya. Terus terang aku juga cemas dengan keadaannya, mengingat dia baru saja ditinggal pergi pasangannya yang melanjutkan ilmu agama di Pakistan. Karena penampilannya nanti jam 10, masih ada waktu satu jam untuk bercengkrama dengannya. Dia sudah menungguku di sofa panjang yang nyaman dengan minuman ditangannya. Kuharap dia tidak terlalu mabuk, pikirku, karena akan mengganggu penampilannya nanti. 
Obrolan kami di dominasi oleh vita dengan pemikirannya, dan juga curhatannya yang ceria. Ia memang selalu berpikir positif, dan aku mengagumi itu. Aku menimpalinya dengan jawaban simpatik dari apa yang ia bicarakan. Memang pengaruh alkohol membuat lidah jadi mengendur, untunglah tidak sampai mabuk. Sampai kita membahas tentang mantannya, ia tetap ceria, ia mengaku tidak akan menghalangi seseorang berkembang maju dengan belajar ke luar negeri. Walaupun tidak ada tanda-tanda galau pada dirinya, aku tetap memberi kata-kata hiburan dan penyemangat kepadanya, karena kutahu hatinya peka sekali, dan sikap cerianya sukses menutupi kegelisahan hatinya. Justru orang-orang disekitarnya harus tetap mendukung dan memberi semangat kepadanya, karena itu aku ada sebagai sahabat yang mungkin ia butuhkan. 
Tak terasa satu jam sudah lewat, dan saatnya Vita naik ke panggung kecil di sudut kafe. Sebelum itu, ia mengucapkan terimakasih kepadaku sudah menemaninya malam ini. Dan ia juga sangat terhibur oleh kehadiranku. Karena itu di awal penampilannya, ia mempersembahkan penampilannya malam ini untuk diriku. Tentu saja aku sangat senang. Vita pun bernyanyi penuh ketulusan hati, membuat orang yang mendengarnya terbuai terbawa perasaan dalam lagu yang dinyanyikan.

Baiklah itu saja cerita yang saya buat untuk postingan kali ini. Karakteristik orang yang saya amati benar-benar nyata, namun cerita situasinya saya buat sendiri. Rasanya menyenangkan dan ada keintiman seorang sahabat dari cerita yang saya buat. Jarang ada yang seperti itu.
Terima kasih. :)

Senin, 15 September 2014

Perdana

Assalamualaikum!!

Alhamdulillah, saya baru punya blog, hehe. Sedikit telat sih kenapa baru sekarang buatnya. Tapi gapapa lah daripada nggak sama sekali.

Okeh, sebagai postingan pertama saya, akan saya muat tentang diri saya sendiri. Apapun hal yang menarik dari saya (yang jelek jangan ah ya), serba-serbi dan apapun yang ada di lingkaran saya (ciaelaah).

Saya sudah berada di dunia ini selama 20 tahun. Ada kejadian unik mengenai kelahiran saya, menurut cerita orang tua sih. Pertama, saya lahir pas ketika pembalap Formula 1 Ayrton Senna meninggal dunia. Serius. Ini namanya reinkarnasi, atau lahir kembali. Penjelasannya bahwa seseorang yang mati akan dihidupkan kembali dalam bentuk jiwa lain dan kehidupan yang lain. Reinkarnasi ini merupakan kepercayaan yang dianut agama Buddha. Wiiih thats cool!!. Berarti saya reinkarnasi dari pembalap terkenal. Tapi, saya tidak berminat terhadap otomotif atau balap membalap. Jadi saya putuskan kalau saya tidak percaya reinkarnasi. Tapi dengan tahu kenyataan itu sudah membuat saya cukup bangga, hehe.

Kehidupan masa kecil saya tidak beda jauh dengan anak-anak kebanyakan. Pulang sekolah lanjut bermain sampai sore. Karena di dekat rumah saya dulu banyak lapangan kosong, itulah taman bermain saya dan teman-teman. Soal sekolah, saya tergolong cukup bisa menguasai pelajaran. Dari SD sampai SMK peringkat saya tak jauh dari 10 besar. Bahkan waktu kelas 4 SD, saya dapat peringkat 1 (prokprokprok, tepuk tangan ceritanya). Saya pernah jadi ketua kelas saat SMP. Dalam berorganisasi, saya baru memulainya saat SMK dengan menjadi humas di ekstrakulikuler teater. Di teater, saya mendapatkan banyak hal baru yang dijadikan pelajaran. Dari belajar tampil didepan umum, mengelola waktu, percaya diri, dan masih banyak deh.

Oh iya, mengenai kesukaan atau hobi, saya sangat suka membaca, olahraga, dan naik gunung. Saya mengoleksi cukup banya komik dan buku atau novel. Saya tertarik dengan misteri, jadi kebanyakan komik dan buku atau novel yang saya koleksi kebanyakan bergenre misteri atau kasus pembunuhan. Detektif Conan, Kindaichi, dan novel-novel Agatha Christie saya mengoleksinya cukup banyak.
Mendaki gunung juga salah satu hobi saya. Dimulai saat di SMK, ikut senior alumni naik gunung Gede Pangrango. Setelah itu saya rutin naik gunung walau frekuensinya tidak banyak. Bisa 2 atau 3 kali dalam setahun saya mendaki gunung. Mendaki gunung bukan tentang perjalanan naik sampai puncak dan turun saja. Banyak pelajaran yang di ambil selama mendaki gunung. Di gunung kita bisa belajar bekerja sama, belajar memimpin, tidak mementingkan diri sendiri, semangat, dan sabar. Dan yang paling penting, di gunung kita akan saksikan betapa besarnya ciptaan Tuhan dan betapa kecilnya diri kita. Saya memandang mendaki gunung sebagai kegiatan menikmati dan mensyukuri nikmat yang Tuhan berikan, dan dengan cara yang bijak kita juga merawatnya.

Baiklah, saya rasa segitu dulu ya postingan perdana saya kali ini. Saya takut makin panjang tulisannya dan tak bisa berhenti, hehe. Saya berharap kita semua selalu sehat, dilancarkan urusan dan semakin baik dari hari ke hari. Amin.

Wassalam.